Unitlink: Yay or Nay?

Sebelum libur lebaran, bolehlah saya menulis sesuatu yang kedengerannya agak ‘berat’ ya 😀

Saya bukan seorang financial planer profesional. Tapi sedikit banyak cukup mengerti cara kerja unitlink.

 

Apa itu unitlink?

Pada dasarnya unitlink merupakan gabungan beberapa produk asuransi dan investasi yang disederhanakan dalam 1 bentuk penawaran jasa. Keterangan lengkap tentang unitlink dapat dibaca di sini.

 

Setahu saya, penjualan unitlink ini cukup booming beberapa tahun belakangan. Pengguna jasa asuransi banyak yang tertarik memilih unitlink karena promosi bahwa ‘bayar premi asuransi, ada uang yang dikembalikan dalam bentuk hasil investasi’.

Kedengarannya menarik ya? Biasanya kita bayarin premi asuransi, kalau ga ada klaim ya uangnya hangus. Sekarang beli unitlink, ada atau tidak ada klaim, kita masih mendapatkan hasil berupa nilai investasi.

Premi bulanan yang kita bayarkan dialokasikan untuk pembayaran premi asuransi sendiri dan sebagian diinvestasikan.

 

Jadi, yay donk untuk unitlink?

Continue reading

Serba Serbi Pembuatan Paspor Secara Online

Okeh!

Bukan saya yang buat paspor dan bukan saya yang mau ke luar negeri *penting* 😀

Ceritanya, saya bantuin keluarga untuk mengajukan permohonan pembuatan paspor secara online.

Katanya sih lebih gampang dan ga ribet.

Berdasarkan pengalaman saya, inilah langkah-langkah yang dilakukan sewaktu membuat paspor secara online:

  1. Klik link https://ipass.imigrasi.go.id:9443/xpnet/faces/xpnet-main.xhtml dan pastikan data yang dimasukkan benar.

  2. Submit permohonan, lalu Anda akan menerima email notifikasi pembayaran. Ingat! Pembayaran dilakukan maksimal 5 hari kerja setelah menerima email tersebut.

  3. Lakukan pembayaran via ATM / Teller BNI, lalu klik link pada email notifikasi dan konfirmasi pembayaran dengan memasukkan nomor pembayaran.

  4. Pilih tanggal kedatangan ke Kantor Imigrasi yang sudah dipilih, lalu print formulir yang dikirimkan ke email.

Mudah?

Kelihatannya begitu.

Tapi yang perlu dicatat, Anda  harus EKSTRA HATI-HATI!

Saya membuat kesalahan dalam mengisikan data. Seharusnya memilih Penggantian Paspor (karena habis masa berlaku), tetapi malah klik di permohonan pembuatan baru.

Apa yang terjadi?

Uang yang sudah disetorkan di teller BNI, HANGUS!

Yang lebih menyebalkan adalah respon petugas kantor imigrasi yang sama sekali tidak bersahabat.

Setelah menemukan kesalalahan dalam permohonan paspor, kami disuruh pulang dan melakukan permohonan online kembali. Pada akhirnya kami dilayani karena melihat yang nenek saya yang sudah cukup sepuh dan KTP-nya sudah seumur hidup. Disebutkan bahwa uang yang sudah dibayarkan bisa di-refund ke BNI.

Dan ketika dengan PD-nya saya kembali ke cabang BNI tempat saya menyetor uang, oleh teller diinformasikan bahwa dana yang sudah disetorkan tidak dapat ditarik lagi.

Ketika kembali ke kantor imigrasi untuk mengambil paspor yang sudah jadi, saya menanyakan kembali tentang proses refund. Yang dijawab tidak bisa. “Kalau daftar online memang rentan salah. Kalau ada kesalahan, uang hangus.”

JENG JENG JENG JENG…

Saya coba browsing dan menemukan bahwa banyak yang mengalami kejadian sama dengan saya. Semuanya berakhir dengan dana yang sudah disetor tidak dapat di-refund.

Pertanyaannya adalah, dari begitu banyak dana masuk yang tidak jadi dibuatkan paspor, adakan pencatatan yang jelas dan bagaimana penggunaannya?

Buku Obral

Sebelumnya saya sudah cerita kan ya, kalo sekarang mostly saya adalah fakir internet.

Akses internet satu2nya hanya internet dari smartphone yang kecepatannya tergantung jam sibuk.

Ketiadaan sumber hiburan membuat saya beralih membeli dan membaca banyak buku.

Buku yang dibeli dari berbagai macam genre, dan gak selamanya dari pengarang terkenal.

Saya pernah beli buku impor dari sebuah situs online, beli buku lokal dari situs online juga, dan terakhir ini beli buku obral dari situs online 😀

Kadang saya bertanya, kenapa sebuah buku dimasukkan ke rak buku obral?

Gak selamanya buku2 obral itu jelek lho.

Contohnya buku obral terakhir yang saya beli. Ketiganya memang novel ringan dengan tema travel dan cinta, tapi semua orang butuh bacaan ringan untuk santai kan? 😉

Salah 1 novel yang saya beli dan sekarang sedang dibaca adalah ini

Travel in Love

Travel in Love

Seperti judulnya, buku ini berkisah tentang perjalanan 2 sahabat yang sedang berusaha melupakan kisah cinta masing2.

Jatayu melupakan Kelana, kekasihnya yang meninggal di pendakian gunung. Paras melupakan Kanta, kembaran Kelana yang berhasil memporakporandakan hatinya karena tak pernah merespon perasaan cintanya.

Buku ini dibagi menjadi beberapa bagian sesuai kota dan daerah yang dikunjungi kedua sahabat ini.

Penceritaannya cukup detail dan runut, tanpa romantisme berlebihan yang bikin eneg. Cerita fokus pada tujuan dua sahabat dan tempat yang mereka kunjungi pun cukup terkenal.

 

Buku lainnya yang sudah saya baca adalah Macaroon Love dan Lovely Proposal.

Kedua buku ini karangan novelis Indonesia yang inti cerita utamanya tentang pencarian cinta sang tokoh utama.

Not bad at all, ntah karena selera membaca saya yang terlalu mudah dipuaskan atau karena memang buku yang sudah tak laku dimasukkan rak obral, yang jelas saya menikmati membaca buku baru dengan harga murah 😀

 

 

I am Back

Oke…

I am back.

Setelah hampir 1 tahun blog ini dibiarkan kosong tak berpenghuni.

 

Sibuk?

Nggak juga kok. Salahkan saja internet rumah yang ga berfungsi lagi karena tower pemancarnya ketutupan gedung apartemen baru alasan

Sebenarnya sih emang males aja nulis 😛

 

So, ada info apa?

Well, 1 tahun kembali jadi pekerja kantoran.

Hampir 1 tahun ga pernah crochet lagi.

Mungkin yang agak positif adalah ketika internet bermasalah, jadi lebih banyak baca dan beli buku 😀

 

Oh ya, akhir2 ini juga lumayan eksis di Instagram iya saya tau telat

Follow beberapa akun setor foto rame2 dengan tema harian, 2 hari atau mingguan.

Hobi jepret2 lumayan tersalurkan lah.

 

Okay, ada beberapa ide postingan yang sudah rapi di kepala.

Semoga ga males lagi sehingga ide tak pernah tertuang dalam tulisan 🙂

Berdamai dan Menurunkan Standar

Sering kali, kita sebagai manusia dihadapkan pada keadaan yang tidak bisa kita terima, namun tidak bisa pula melakukan sesuatu untuk mengubah kondisi itu.

 

Itulah yang saya alami ketika hati kecil saya berteriak untuk memberikan kehidupan yang layak bagi seekor anjing kecil PELIHARAAN orang lain.

Peliharaan tidak berarti sang anjing kecil itu mendapat kasih sayang yang cukup dan kondisi yang cocok untuk perkembangannya.

Cipot

Cipot, Cepot atau entah siapa nama yang diberikan untuk memanggil anjing kecil ini. Usianya sekitar 3-4 bulan, di mana seharusnya hampir seluruh waktunya dihabiskan untuk bermain atau tidur.

Sayangnya, sang pemilik mempunyai ‘ide’ untuk melatihnya menjadi anjing penjaga dan MERANTAI Cipot di kandang kecil dekat pos satpam setiap harinya.

Makan, minum, tidur, sampai buang air dilakukannya di tempat itu. Tanpa ada yang mengajak bermain atau jalan-jalan.

Kondisi dirantai hampir 24 jam membuat Cipot sangat marah pada rantainya. Karena kasihan, seringkali Cipot dibawa pulang ke rumah untuk diajak bermain, dimandikan dan diberi obat cacing. Kondisi saat kami pertama mendekatinya jelas cacingan parah karena perutnya buncit tidak wajar.

Kebencian Cipot pada rantai membuatnya ganas setiap kali akan dipakaikan rantai. Gigitan demi gigitan dilontarkan demi memperjuangkan kebebasannya, hingga puncaknya minggu lalu jari adik saya terpaksa mendapat 2 jahitan karena refleks menarik tangannya ketika Cipot menggigit.

 

Salah siapa sampai anjing kecil dalam usia senang main menjadi ganas seperti itu?

Salah KITA, MANUSIA, yang merasa superior dan berhak melakukan apa saja terhadap hewan yang dibeli dan kita cap sebagai peliharaan.

Di rumah saya ada 4 ekor anjing yang selalu ‘menyerahkan leher’ untuk dirantai dengan sukarela setiap kali ada tamu yang datang. Mengapa? Karena keempat anjing ini selalu diberikan kebebasan untuk berkeliaran di halaman (bahkan di dalam) rumah ketika hanya kami, penghuni rumah yang ada.

Berulang kali kami yang peduli pada Cipot mencoba berbicara pada pemiliknya, memberitahu hal yang seharusnya dilakukan demi kebaikan Cipot. Tapi apa yang kami bicarakan hanya dianggap angin lalu.

 

Saya kesal. Saya marah.

Tapi saya tidak bisa melakukan sesuatu untuk mengubah keadaan.

Cipot “peliharaan” orang lain.

Yang bisa saya lakukan adalah memposting foto dan cerita Cipot ke social media, berharap komunitas pecinta anjing mau me-rescue atau sekedar memberikan pengarahan kepada pemiliknya.

Sampai saat ini saya  belum mendapat respon.

Saya tidak tahu apakah kasus Cipot dianggap tidak urgent atau ada alasan lain.

 

Pada akhirnya, saya hanya bisa berdamai dengan keadaan dengan cara menurunkan standar saya.

Standar untuk hidup yang layak bagi seekor anjing adalah mempunyai ruang dan kebebasan untuk bermain, memiliki tempat yang layak untuk tidur, dan punya orang-orang yang dengan senang hati membelai dan mengajaknya jalan-jalan.

Standar itu hanya bisa saya terapkan pada keempat anjing saya.

 

Saat ini, yang bisa saya lakukan adalah membawa Cipot ke rumah untuk bermain ketika saya punya waktu (biasanya weekend) dan memberinya makanan serta perawatan yang layak seperti susu, mandi dan obat cacing.

Jika Cipot bisa bicara, pasti dia sudah protes menuntut hak.

Tapi hanya dengan gonggongan dan kibasan ekor, saya bisa melihat kebahagiaannya ketika kami yang peduli ‘membebaskan’nya meski hanya untuk hitungan jam.

Dan bagi saya, saat ini cukup, karena saya sudah melakukan apa yang saya bisa.

 

Semoga ada orang lain yang bisa menyelematkan Cipot.

Kami selalu berdoa untukmu 🙂