Sering kali, kita sebagai manusia dihadapkan pada keadaan yang tidak bisa kita terima, namun tidak bisa pula melakukan sesuatu untuk mengubah kondisi itu.
Itulah yang saya alami ketika hati kecil saya berteriak untuk memberikan kehidupan yang layak bagi seekor anjing kecil PELIHARAAN orang lain.
Peliharaan tidak berarti sang anjing kecil itu mendapat kasih sayang yang cukup dan kondisi yang cocok untuk perkembangannya.
Cipot, Cepot atau entah siapa nama yang diberikan untuk memanggil anjing kecil ini. Usianya sekitar 3-4 bulan, di mana seharusnya hampir seluruh waktunya dihabiskan untuk bermain atau tidur.
Sayangnya, sang pemilik mempunyai ‘ide’ untuk melatihnya menjadi anjing penjaga dan MERANTAI Cipot di kandang kecil dekat pos satpam setiap harinya.
Makan, minum, tidur, sampai buang air dilakukannya di tempat itu. Tanpa ada yang mengajak bermain atau jalan-jalan.
Kondisi dirantai hampir 24 jam membuat Cipot sangat marah pada rantainya. Karena kasihan, seringkali Cipot dibawa pulang ke rumah untuk diajak bermain, dimandikan dan diberi obat cacing. Kondisi saat kami pertama mendekatinya jelas cacingan parah karena perutnya buncit tidak wajar.
Kebencian Cipot pada rantai membuatnya ganas setiap kali akan dipakaikan rantai. Gigitan demi gigitan dilontarkan demi memperjuangkan kebebasannya, hingga puncaknya minggu lalu jari adik saya terpaksa mendapat 2 jahitan karena refleks menarik tangannya ketika Cipot menggigit.
Salah siapa sampai anjing kecil dalam usia senang main menjadi ganas seperti itu?
Salah KITA, MANUSIA, yang merasa superior dan berhak melakukan apa saja terhadap hewan yang dibeli dan kita cap sebagai peliharaan.
Di rumah saya ada 4 ekor anjing yang selalu ‘menyerahkan leher’ untuk dirantai dengan sukarela setiap kali ada tamu yang datang. Mengapa? Karena keempat anjing ini selalu diberikan kebebasan untuk berkeliaran di halaman (bahkan di dalam) rumah ketika hanya kami, penghuni rumah yang ada.
Berulang kali kami yang peduli pada Cipot mencoba berbicara pada pemiliknya, memberitahu hal yang seharusnya dilakukan demi kebaikan Cipot. Tapi apa yang kami bicarakan hanya dianggap angin lalu.
Saya kesal. Saya marah.
Tapi saya tidak bisa melakukan sesuatu untuk mengubah keadaan.
Cipot “peliharaan” orang lain.
Yang bisa saya lakukan adalah memposting foto dan cerita Cipot ke social media, berharap komunitas pecinta anjing mau me-rescue atau sekedar memberikan pengarahan kepada pemiliknya.
Sampai saat ini saya belum mendapat respon.
Saya tidak tahu apakah kasus Cipot dianggap tidak urgent atau ada alasan lain.
Pada akhirnya, saya hanya bisa berdamai dengan keadaan dengan cara menurunkan standar saya.
Standar untuk hidup yang layak bagi seekor anjing adalah mempunyai ruang dan kebebasan untuk bermain, memiliki tempat yang layak untuk tidur, dan punya orang-orang yang dengan senang hati membelai dan mengajaknya jalan-jalan.
Standar itu hanya bisa saya terapkan pada keempat anjing saya.
Saat ini, yang bisa saya lakukan adalah membawa Cipot ke rumah untuk bermain ketika saya punya waktu (biasanya weekend) dan memberinya makanan serta perawatan yang layak seperti susu, mandi dan obat cacing.
Jika Cipot bisa bicara, pasti dia sudah protes menuntut hak.
Tapi hanya dengan gonggongan dan kibasan ekor, saya bisa melihat kebahagiaannya ketika kami yang peduli ‘membebaskan’nya meski hanya untuk hitungan jam.
Dan bagi saya, saat ini cukup, karena saya sudah melakukan apa yang saya bisa.
Semoga ada orang lain yang bisa menyelematkan Cipot.
Kami selalu berdoa untukmu 🙂